Jumat, 15 Januari 2010

Bantuan Berdatangan

Gempa Haiti, Bantuan kemanusiaan dari seluruh penjuru dunia terus berdatangan ke Haiti. Pesawat yang membawa makanan, tim medis, tim penyelamat, dan obat-obatan tak henti mendarat di Bandara Port-au-Prince, ibu kota Haiti.

Sebelumnya, PBB mengimbau negara-negara di dunia agar bergegas memberikan bantuan untuk meringankan beban para korban gempa berkekuatan 7,0 skala Richter (SR) itu.

Menlu AS Hillary Rodham Clinton mengatakan, puluhan ribu korban diperkirakan tewas. Karena itu, Amerika Serikat dan seluruh dunia mesti membantu Haiti sebisa mungkin. Amerika Serikat sendiri telah menawarkan bantuan sipil dan militer kepada negeri miskin di Benua Amerika itu. Sedangkan belasan negara lain berjanji mengirimkan tim penyelamat, tim medis, dana, dan logistik.

"Militer sudah berangkat ke Haiti hari ini (kemarin). Mereka akan menolong korban luka, terutama warga Amerika," tutur Hillary. Jubir Marinir AS menambahkan, pihaknya sudah mengirimkan 2.000 serdadu bersama kapal perang USS Bataan lengkap dengan peralatan.

Hingga tadi malam, jumlah korban tewas belum bisa dipastikan. Presiden Haiti Rene Preval memperkirakan korban tewas mencapai ribuan orang. Sumber lain memprediksi korban tewas bisa tembus 100 ribu jiwa.

Kepada AP, Senator Haiti Youri Latortue bahkan menyebut bisa 500 ribu orang. "Saat ini masih terlalu dini untuk menyebut angka korban," beber Preval kepada CNN.

Besarnya jumlah korban akibat tidak adanya koordinasi penyelamatan. Selain itu, bantuan medis untuk korban selamat yang terluka amat minim. "Ini jauh lebih buruk ketimbang badai," ujar Jimitre Coquillon, asisten dokter yang menjadi relawan.

Menurut dia, kondisi saat ini semakin parah karena tidak ada air. "Tidak ada apa-apa. Orang-orang di sana akan mati kehausan," imbuhnya.

Suasana memilukan terlihat di seluruh penjuru Port-au-Pince. Teriakan minta tolong dan rintihan terdengar dari setiap bawah reruntuhan bangunan. Tetapi, tidak ada petugas dan warga yang menolong. Semua sibuk menyelamatkan diri sendiri dan keluarga.

Mayat-mayat berserakan di trotoar, terbungkus dalam lembaran kain dan selimut. Sebagian besar rumah sakit hancur atau rusak parah. Saluran telekomuniasi putus dan listrik padam.
Preval menyatakan, pihaknya tak bisa berbuat banyak untuk menolong para korban. Pemerintahan negeri berpenduduk sembilan juta jiwa itu lumpuh.

Cletus Springer, direktur Department of Sustainable Development OAS yang berpusat di Washington, menyebut hancur leburnya Port-au-Pince disebabkan rendahnya kualitas bangunan di kota itu.
"Menurut studi yang kami lakukan, bangunan di sana bahkan tak kuat menahan gempa 2 SR," terang Springer seperti dilansir CNN.

Seperti diwartakan, Rabu, 13 Januari, gempa berkekuatan 7,0 SR mengguncang Haiti. Pusat gempa berlokasi sekitar 10 mil atau 15 km barat Port-au-Prince dengan kedalaman hanya 8 km.
Karena lokasi gempa yang sangat dekat itu, ibu kota Haiti nyaris hancur total. Itu gempa terdahsyat di Negeri Karibia tersebut lebih dari 100 tahun.

Dari Tanah Air, Departemen Luar Negeri (Deplu) terus berkoodinasi dengan tim tanggap darurat di Haiti seputar kabar terbaru keberadaan WNI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar